Tuesday 14 February 2023

 Koneksi Antar Materi Modul 3.1

Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan

sebagai Pemimpin

Oleh

Dina Mardiana

 

Pratap triloka dalam pendidikan sebagai sistem among yang menjadi filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara adalah: Ing ngarsa sung tuladha (di depan menjadi teladan), Ing madya mangun karsa (di tengah membangun motivasi), dan Tut wuri handayani (di belakang memberi dukungan).

Filosofi KHD ini berkaitan erat dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin. Guru adalah seorang pemimpin pembelajaran. Oleh karena itu, dalam pengambilan keputusannya ia harus memperhatikan filosofi KHD di atas. Guru bukan hanya memberi perintah, tetapi ia harus mampu memberi contoh, menjadi teladan bagi murid.

Guru sebagai pemimpin juga harus mempu membangun motivasi dalam diri murid, sehingga sebagai seorang pemimpin guru senantiasa ada di tengah murid-muridnya dan menebarkan energi positif. Sebagai seorang pemimpin dalam proses pengambilan keputusan seorang guru pun harus mampu mendorong, mendukung sekaligus memberikan support system bagi perkembangan dan pertumbuhan fisik dan psikis murid-muridnya.

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita tentu akan sangat berpengaruh terhadap prinsip-prinsip yang kita ambil dalam sebuah proses pengambilan keputusan. Misalnya saja sebagai orang yang memegang teguh nilai kejujuran, maka ketika kita berada dalam situasi yang membuat kita harus memilih antara jujur tetapi akan menyebabkan orang lain terluka ataukah tidak bicara untuk menyelamatkan orang lain. Dalam situasi seperti ini, kita akan disudutkan pada pilihan dan akan sangat dipengaruhi dengan nilai-nilai baik yang kita pegang.

Proses pengambilan keputusan ini pun sangat berkaitan erat dengan kegiatan coaching. Melalui percakapan coaching, kita bisa melakukan refleksi secara lebih jernih tentang proses pengambilan keputusan yang telah dilakukan. Melalui kegiatan coaching juga kita bisa melakukan pengujian pengambilan keputusan yang telah diambil. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan dalam proses coaching menstimulus kita untuk kembali melihat secara lebih objektif terutama untuk menjawab pertanyaan: “Apakah keputusan yang kita ambil sudah efektif?”, “Apakah keputusan yang telah diambil tidak merugikan pihak lain?”, “Apakah ada dampak negatif setelah keputusan tersebut diambli? Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang mungkin masih mengganjal.

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya tentu akan sangat berpengaruh terhadapa sebuah keputusan khususnya dilema etika. Kecerdasan sosial emosional merupakan kemampuan seseorang mengelola berbagai perasaan yang ada di dalam dirinya yang tercermin melalui tingkat pengendalian diri dan pada akhirnya akan sangat mempengaruhi sikap dan tindakan dalam merespon berbagai peristiwa personal maupun sosial yang ada di hadapannya. Hal tersebut tentu sangat mempengaruhi pula berbagai keputusan yang diambilnya. Dalam proses pengambilan keputusan ini sendiri diharapkan dilakukan ketika seseorang tidak dalam situasi emosi negatif. Ali bin Abi Thalib berkata “Jangan membuat keputusan ketika sedang marah, jangan membuat janji sewaktu sedang gembira”. Karena ketika sedang marah, kita kemungkinan besar tidak berpikir secara rasional. Hal tersebut dikhawatirkan keputusan yang kita ambil tidak lagi objektif. Sehingga penting sekali dalam proses pengambilan keputusan ini didasarkan dan diambil ketika kita benar-benar dalam keadaan tenang.

Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika akan sangat dipengaruhi kepada nilai-nilai yang dianut oleh seorang pendidik. Hal tersebut dikarenakan seseorang berlaku dan bersikap dalam kehidupan sehari-harinya akan sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianutnya. Jika seorang guru memiliki keyakinan bahwa nilai kejujuran adalah hal yang ia pegang teguh, maka dalam melakukan pekerjaan dan tugasnya sebagai seorang guru ia akan memperlihatkan sebagai orang yang jujur dan bahkan akan ada motivasi untuk mengajak muridnya memiliki sikap dan menanamkan nilai kejujuran dalam kesehariannya. Demikian pula ketika ia dihadapkan dalam proses pengambilan keputusan, ia akan memegang teguh nilai “kejujuran” yang diyakininya.

Pengambilan keputusan yang tepat akan berdampak pasa terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Pengambilan proses keputusan pada dasarnya bukanlah hal yang sederhana apalagi keputusan nanti akan mempengaruhi berbagai pihak dan ada kemungkinan sebuah keputusan tidak bisa memuaskan semua pihak yang terpengaruhi melalu keputusan tersebut. Tetapi ketika kita melakukan proses pengambilan keputusan dengan langkah-langkah yang tepat, kita akan mengurangi berbagai risiko dan tingkat kesalahan, karena keputusan yang kita ambil sudah melalui proses yang panjang dan telah mempertimbangkan berbagai hal baik sosial, emosional, moral, dan logika. Sehingga melalui proses pengambilan keputusan yang tepat akan berdampak pasa terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Ada banyak tantangan-tantangan di lingkungan saya dalam menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh sudut pandang atau paradigma berpikir setiap personal. Misalnya dalam kasus dilema etika “kebenaran lawan kesetian”, pengambilan keputusan akan sangat dipengaruhi oleh keyakinan setiap orang terhadap kedua nilai tersebut, apakah ia lebih memilih nilai kebenaran ataukah kesetiaan. Perubahan paradigma dalam pengambilan keputusan ini pun membutuhkan proses agar bisa dipahami, sehingga tidak bisa dilakukan secara serta merta.

Proses pengambilan keputusan yang kita ambil dalam upaya memerdekan murid-murid dalam proses pembelajaran akan sangat mempengaruhi kegiatan pembelajaran yang akan kita lakukan di dalam kelas. Melalui paradigma pengambilan keputusan yang dipelajari dalam modul 3.1 ini, kita dibimbing dan dituntut untuk mengambil keputusan dalam proses pembelajaran dengan mempertimbangkan berbagai potensi beragam yang dimiliki oleh murid. Sehingga diharapkan proses pembelajaran yang kita laksanakan di dala kelas bisa memfasilitasi perbedaan-perbedaan tersebut, sehingga murid-murid kita merasakan bahwa proses pembelajaran adalah pembelajaran yang memerdekakan dan bisa melejitkan potensi-potensi yang ada di dalam dirinya.

Seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan akan sangat mempengaruhi kehidupan dan masa depan murid-muridnya. Kegiatan pembelajaran yang kita lakukan sekarang melalui ruang-ruang kelas yang kita ampu akan menjadi pengalaman belajar yang tidak terlupakan bagi mrid-murid kita dan akan sangat mempengaruhi cara berpikir mereka ke depannya. Oleh karena itu sebagai seorang guru, kita harus tampil sebagai sosok yang mampu menginspirasi, memotivasi, dan juga menuntun potensi yang ada dalam diri mereka sehingga mereka mampu menjawab berbagai tantang zaman yang nantinya akan mereka hadapi.

Pembelajaran dalam modul ini menjadi salah satu kunci dalam menetapkan keputusan yang tepat dalam upaya memerdekan murid dalam proses belajarnya. Adapun kaitan dengan modul-modul lainnya jelasa sangat tidak bisa terpisahkan, karena materi-materi sebelumnya merupakan pondasi yang membangun paradigma berpikir tentang pembelajaran berpihak kepada murid, dan bagaimana kita bisa memastikan bahwa keputusan yang kita ambil dalam upaya meujudkan hal tersebut sudah tepat, melalui langkah-langkah pengambilan keputusan yang dipelajari secara rinci dalam modul 3.1 ini.

Dilema etika (benar vs benar) adalah situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan. Sedangkan bujukan moral (benar vs salah) yaitu situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar dan salah.

 Empat Paradigma Dilema Etika

Dari pengalaman kita bekerja kita pada institusi pendidikan, kita telah mengetahui bahwa dilema etika adalah tantangan berat yang harus dihadapi dari waktu ke waktu.

Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasar yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup.

Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini:

1.      Individu lawan kelompok (individual vs community)

2.      Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

3.      Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

4.      Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Etika tentunya bersifat relatif dan bergantung pada kondisi dan situasi, dan tidak ada aturan baku yang berlaku. Tentunya ada prinsip-prinsip yang lain, namun ketiga prinsip di sini adalah yang paling sering dikenali dan digunakan. Dalam seminar-seminar, ketiga prinsip ini yang seringkali membantu dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan, yang harus dihadapi pada dunia saat ini. Ketiga prinsip tersebut adalah:

1.      Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

2.      Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

3.      Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

9 langkah Pengambilan Keputusan

Di bawah ini adalah 9 langkah yang telah disusun secara berurutan untuk mengambil keputusan dalam situasi dilema etika yang membingungkan karena adanya beberapa nilai-nilai yang bertentangan.

Langkah 1.

Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.

Ada 2 alasan mengapa langkah ini adalah langkah yang penting dalam pengujian keputusan. Alasan yang pertama, langkah ini mengharuskan kita untuk mengidentifikasi masalah yang perlu diperhatikan, alih-alih langsung mengambil keputusan tanpa menilainya dengan lebih saksama. Alasan yang kedua adalah karena langkah ini akan membuat kita menyaring masalah yang betul-betul berhubungan dengan aspek moral, bukan masalah yang berhubungan dengan sopan santun dan norma sosial. Untuk mengenali hal ini bukanlah hal yang mudah. Kalau kita terlalu berlebihan dalam menerapkan langkah ini, dapat membuat kita menjadi orang yang terlalu mendewakan aspek moral, sehingga kita akan mempermasalahkan setiap kesalahan yang paling kecil pun. Sebaliknya bila kita terlalu permisif, maka kita bisa menjadi apatis dan tidak bisa mengenali aspek-aspek permasalahan etika lagi.

Langkah 2.

Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.

Bila kita telah mengenali bahwa ada masalah moral di situasi tertentu. Pertanyaannya adalah dilema siapakah ini? Hal yang seharusnya membedakan bukanlah pertanyaan apakah ini dilema saya atau bukan. Karena dalam hubungannya dengan permasalahan moral, kita semua seharusnya merasa terpanggil.

Langkah 3

Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.

Pengambilan keputusan yang baik membutuhkan data yang lengkap dan detail, seperti misalnya apa yang terjadi di awal situasi tersebut, bagaimana hal itu terkuak, dan apa yang akhirnya terjadi, siapa berkata apa pada siapa, kapan mereka mengatakannya. Data-data tersebut penting untuk kita ketahui karena dilema etika tidak menyangkut hal-hal yang bersifat teori, namun ada faktor-faktor pendorong dan penarik yang nyata di mana data yang mendetail akan bisa menggambarkan alasan seseorang melakukan sesuatu dan kepribadian seseorang akan tercermin dalam situasi tersebut. Hal yang juga penting di sini adalah analisis terhadap hal-hal apa saja yang potensial akan terjadi di waktu yang akan datang.

Langkah 4

Pengujian benar atau salah, meliputi:

a. Uji Legal

Pertanyaan yang harus diajukan disini adalah apakah dilema etika itu menyangkut aspek pelanggaran hukum. Bila jawabannya adalah iya, maka pilihan yang ada bukanlah antara benar lawan benar, namun antara benar lawan salah. Pilihannya menjadi membuat keputusan yang mematuhi hukum atau tidak, bukannya keputusan yang berhubungan dengan moral.

b. Uji Regulasi/Standar Profesional

Bila dilema etika tidak memiliki aspek pelanggaran hukum di dalamnya, mungkin ada pelanggaran peraturan atau kode etik. Konflik yang terjadi pada seorang wartawan yang harus melindungi sumber beritanya, seorang agen real estate yang tahu bahwa seorang calon pembeli potensial sebelumnya telah dihubungi oleh koleganya? Anda tidak bisa dihukum karena melanggar kode etik profesi Anda, tapi Anda akan kehilangan respek sehubungan dengan profesi Anda.

c. Uji Intuisi

Langkah ini mengandalkan tingkatan perasaan dan intuisi Anda dalam merasakan apakah ada yang salah dengan situasi ini. Apakah tindakan ini mengandung hal-hal yang akan membuat Anda merasa dicurigai. Uji intuisi ini akan mempertanyakan apakah tindakan ini sejalan atau berlawanan dengan nilai-nilai yang Anda yakini. Walaupun mungkin Anda tidak bisa dengan jelas dan langsung menunjuk permasalahannya ada di mana. Langkah ini, untuk banyak orang, sangat umum dan bisa diandalkan untuk melihat dilema etika yang melibatkan dua nilai yang sama-sama benar.

d. Uji Halaman Depan Koran

Apa yang Anda akan rasakan bila keputusan ini dipublikasikan pada halaman depan dari koran dan sesuatu yang Anda anggap merupakan ranah pribadi Anda tiba-tiba menjadi konsumsi masyarakat? Bila Anda merasa tidak nyaman membayangkan hal itu akan terjadi, kemungkinan besar Anda sedang menghadapi dilema etika.

e. Uji Panutan/Idola

Dalam langkah ini, Anda akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh seseorang yang merupakan panutan Anda, misalnya ibu Anda. Tentunya di sini fokusnya bukanlah pada ibu Anda, namun keputusan apa yang kira-kira akan beliau ambil, karena beliau adalah orang yang menyayangi Anda dan orang yang sangat berarti bagi Anda.

Yang perlu dicatat dari kelima uji keputusan tadi, ada tiga uji yang sejalan dengan prinsip pengambilan keputusan yaitu:

Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking) yang tidak bertanya tentang konsekuensi tapi bertanya tentang prinsip-prinsip yang mendalam.

Uji halaman depan koran, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking) yang mementingkan hasil akhir.

Uji Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking), di mana ini berhubungan dengan golden rule yang meminta Anda meletakkan diri Anda pada posisi orang lain.

Bila situasi dilema etika yang Anda hadapi, gagal di salah satu uji keputusan tersebut atau bahkan lebih dari satu, maka sebaiknya jangan mengambil risiko membuat keputusan yang membahayakan atau merugikan diri Anda karena situasi yang Anda hadapi bukanlah situasi moral dilema, namun bujukan moral.

Langkah 5

Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.

Dari keempat paradigma berikut ini, paradigma mana yang terjadi di situasi ini?

1.      Individu lawan masyarakat (individual vs community)

2.      Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

3.      Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

4.      Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Apa pentingnya mengidentifikasi paradigma, ini bukan hanya mengelompokkan permasalahan namun membawa penajaman pada fokus kenyataan bahwa situasi ini betul-betul mempertentangkan antara dua nilai-nilai inti kebajikan yang sama-sama penting.

Langkah 6

Melakukan Prinsip Resolusi

Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, mana yang akan dipakai?

a.      Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

b.      Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

c.       Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Langkah 7

Investigasi Opsi Trilema

Mencari opsi yang ada di antara 2 opsi. Apakah ada cara untuk berkompromi dalam situasi ini. Terkadang akan muncul sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya yang bisa saja muncul di tengah-tengah kebingungan menyelesaikan masalah

Langkah 8

Buat Keputusan

Akhirnya kita akan sampai pada titik di mana kita harus membuat keputusan yang membutuhkan keberanian secara moral untuk melakukannya.

Langkah 9

Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

Ketika keputusan sudah diambil. Lihat kembali proses pengambilan keputusan dan ambil pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya.

Sebelum mempelajari modul 3.1 ini saya pernah mengalami proses pengambilan keputusan dalam situasi moral dilema. Pada saat itu saya menemukan murid di bawah perwalian saya melanggar peraturan sekolah yang cukup fatal. Saya sebagai wali kelas berada di situasi yang cukup dilematis, antara melaporkan hal tersebut kepada yang berwenang (bidang kesiswaan) tetapi dengan risiko anak tersebut akan dikeluarkan dari sekolah ataukah saya tetap diam, tetapi hal tersebut pun membuat saya merasa takut bahwa anak tersebut akan mengulang kesalahan yang sama jika tidak diperingatkan. Pada saat itu saya merasa sangat bingung dan tidak tahu apa yang harus dilakukan, tetapi dalam situasi sekarang, setelah saya mempelajari modul 3.1 ini saya tahu ada langkah-langkah yang bisa saya ambil dan menuntun saya untuk menelaah kasus tersebut secara lebih objektif dan rasional tanpa mengurangi atau mencedarai nilai-nilai kebajikan yang saya miliki.

Dampak atau perubahan yang terjadi setelah saya mempelajari modul ini, terutama dalam proses pengmabilan keputusan sangat berpengaruh besar. Setelah mempelajari modul ini, saya menjadi lebih berhati-hati dalam mengambil sebuah keputusan, bahkan untuk keputusan sehari-hari sekalipun, apalagi untuk keputusan yang berhubungan dengan murid dan proses pembelajaran baik di kelas maupun di sekolah.

Topik yang dibahas dalam Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin sangat penting untuk setiap orang termasuk saya, baik sebagai seorang individu maupun sebagai seorang pemimpin. Hal tersebut karena dalam hadis dinyatakan “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Oleh karena itu, perlu kiranya dalam pengambilan keputusan kita perlu memegang teguh nilai-nilai kebajikan yang kita yakini.

Sunday 20 June 2021

Hujan, Parfum, dan Kenangan

 


Langit hari ini dihiasi mendung sejak pagi. Matahari sepertinya enggan menyingkap awan kelabu yang cukup tebal. Hanya semburat putih yang malu-malu bertengger dipucuk-pucuk awan. Semburatnya lemah dan kalah oleh gugusan kelabu yang semakin rapat. Mencipta udara sejuk yang menusuk hingga ke tulang paling dalam.

Namun kehidupan manusia terus berjalan. Beberapa anak berseragam putih merah mulai melintasi jalanan dan dengan gesit menghindari kubangan yang basah hasil hujan semalam. Disusul pedagang sayur yang mulai berteriak nyaring memanggil ibu-ibu langganannya. Ada enggan yang menindih untuk berangkat sebenarnya. Namun ketika dewasa, kita tidak lagi bisa sebebas masa kecil. Jika malas, cukuplah berpura-pura sakit bilang pusing sedikit, ditambah batuk yang dibuat-buat. Bolehlah kita kembali ke peraduan, dan setelah siang kembali bermain dengan teman.

Jadi, hidup hari ini harus berjalan seperti biasa. Kupaksakan kaki melangkah menelusuri jalan menuju tempat yang disebut kantor. Tempat yang dulu terlihat keren, elegan dan menawan. Namun kini jadi tempat yang paling membosankan.

Gerimis kali ini turun kepagian. Terpaksa kubuka payung yang sejak tadi sudah kutenteng. Kuhindari beberapa kubangan yang cukup besar. Ya, inilah potret pembangunan bangsa ini. Pembangunan berkelanjutan. Jalan baru dibangun tiga bulan sudah dipenuhi lubang-lubang besar. Tak lama kemudian akan datang gundukan pasir, batu dan kerikil. Jalanpun diperbaiki kembali. Lalu mulusnya jalan hanya bertahan beberapa bulan pula. Mungkin karena mottonya pembangunan berkelanjutan, sehingga pembangunan harus berjalan terus menerus dan tak ada hasilnya selain proyek-proyek berkelanjutan. Upsss... pagi-pagi sudah menggerundel. Tidak baik membuka hari dengan pikiran-pikiran negatif.

Melihat gerimis turun bagai tirai tipis tak berkesudahan, dihiasi tawa anak-anak yang berangkat sekolah. Tangan-tangan mungil mereka terjulur melewati batas payung. Menampung sejenak kemudian mencipratkankannya kepada yang lain diiringi jeritan dan teriakan, lalu disusul bunyi kaki yang berlari.

Tiba-tiba terlihat kembali peristiwa-peristiwa kecil ketika gerimis turun. Saat-saat yang paling dinantikan dan takkan pernah tergantikan. Berjalan tanpa payung, tidak berlari tapi menari melintasi hujan yang membuat basah tapi tidak sampai kuyup. Memutar sebentar meski tahu akan membuat terpeleset, tak peduli air memerciki rok yang bagian bawahnya memang sudah benar-benar basah. Derai tawa pun bergema melerai gerimis. Namun tiba-tiba semuanya senyap.

Kutengadahkan wajah yang basah diterpa hujan dan angin. Kau berdiri tepat di hadapanku. Menjulang dengan payung digenggaman. Matamu yang lembut menyiratkan ketidaksukaan. Teman-temanku satu persatu berlalu dalam diam. Membiarkanku sendiri dan tak hendak ikut bertanggung jawab dengan keriangan yang seketika sirna. Tenggelam dalam matamu yang kini lekat memandangku.

Tak sepatah katapun kau ucapkan. Tanganmu terulur dan menarikku berdiri tepat di sampingmu. Seketika aroma yang sudah sangat kukenal meyergap penciumanku. Entah parfum apa yang kau gunakan, tapi itulah aroma yang aku cium ketika berada di dekatmu. Terkadang wangi itu masih lama tertinggal dalam penciuman dan pikiranku meski kau sudah berlalu. Harum yang membuatku merasa nyaman dan tenang.

Mulutmu bisu, tapi matamu berbicara lebih banyak lagi. Kau mempertanyakan mengapa aku tak menunggumu, padahal tadi pagi kau mengingatkanku untuk menunggu sampai kau datang. Tapi siapa yang bisa melewatkan pulang bersama kawan di bawah hujan. Sepertinya itu jauh lebih menarik dibanding harus pulang bersamamu yang kadang susah diajak bercanda. Kau terlalu serius menghadapi setiap peristiwa. Dan aku tahu, aku harus berjalan di sampingmu dengan sangat hati-hati. Tidak boleh ada air yang terciprat. Tidak boleh ada yang basah. Ayolah, sekarang kan musim hujan! Saatnya bermain dengan basah. Orang takkan mati karena kehujanan kecuali sekaligus tersambar petir.

Sorot matamu bergeming. Aku menyerah. Mengikutimu saja dalam diam. Ketika angin semakin kencang kau ulurkan jaketmu untuk memastikan aku terlindung dari paparan angin.  Sebenarnya aku benar-benar kesal. Kau selalu memperlakukanku seperti anak kecil. Aku sudah cukup besar untuk bisa menjaga diriku sendiri. Tapi aku memilih membisu membiarkanmu menyampirkan jaket dipunggungku.

Ah, masa itu sepertinya sudah berlalu lama sekali. Kali ini setiap hujan turun aku selalu memastikan diri memakai payung dan mengenakan jaket atau sweater. Tak ada yang mengingatkan kecuali diriku sendiri. Aku tahu sekarang takkan ada lagi yang akan datang memayungiku di bawah hujan atau memberikan jaketnya agar aku tak kedinginan. Meski sampai saat ini, aku tidak pernah tahu benar mengapa kau tiba-tiba pergi. Tak ada alasan dan kau tak pernah memberikannya.

Senja itu kau datang membawa setangkup bunga. Bukan berwarna merah, tapi kali ini hanya putih saja. Mawar berhias dandelion. Aneh rasanya kau menggabungkan mawar dan dandelion. Mawar bisa dibeli di hampir tiap toko bunga, tapi dandelion hanya bisa kau temukan di padang liar. Bunga kecil, tidak secantik dan seharum melati, tapi kokoh dan mengesankan. Ia mudah tertiup angin, tapi bisa tumbuh di mana saja. Angin yang menggugurkannya justru membawanya terbang menyusuri berbagai belahan padang, dan ketika ia rebah di tanah, tumbuhlah kembali dengan memamerkan keindahannya dengan anggun. Bunga yang sangat tangguh, itulah yang pernah kau katakan ketika satu siang kau membawaku ke padang di belahan kota yang lain. Satu lagi, kau ulurkan kado yang dibungkus kertas berwarna merah.

“Kau pasti bisa setangguh dandelion. Satu lagi, jangan biarkan udara dingin memelukmu.” Itulah kata-katamu yang masih aku ingat. Ya, aku tak pernah membiarkan diriku dipeluk dingin, karena sweater darimu selalu mendekapku di setiap hujan turun. Aku hanya berganti jika sweater tersebut harus dicuci dan dikeringkan. Karena sejak itu kau lenyap ditelan bumi. Tidak ada kabar. Aku sempat mencarimu, sayangnya kau tak meninggalkan jejak. Kau dan keluargamu seperti raib begitu saja. Bahkan ayahku, sahabat ayahmu, kebingungan mencari keberadaanmu sekeluarga.

Sejak itu aku belajar tentang rasa sepi. Aku menikmati hujan tanpa keriangan. Aku bercengkarama dengan kekosongan setiap gerimis datang. Meski akhirnya setelah bertahun-tahun, tak ada lagi ada air mata yang jatuh. Hanya senyap yang masih tersisa dan hampa yang masih saja menganga.

Gerimis pagi ini berubah menjadi hujan yang deras dalam sejenak. Angin kencang mulai menari liar melemparkan percikan air ke segala arah. Sepertinya aku takkan bisa mencapai kantor tanpa basah. Kuputuskan untuk mampir ke warung kopi yang paling dekat dengan lokasiku sekarang. Lebih baik kesiangan daripada ngantor dengan tubuh basah kuyup. Lagi pula pagi ini aku belum sempat sarapan. Mungkin bisa sekalian memesan menu sarapan sambil menunggu hujan reda.

Aku memilih meja di dekat jendela. Memesan roti isi dan segelas susu coklat panas. Cafe ini sering kulewati, tapi aku tak pernah mampir. Cafe yang baru buka sekitar sebulan lalu, jadi aku belum tahu kualitas rasa makanannya. Tak ingin bertaruh, jadi selalu memilih makan di tempat yang biasa. Lagi pula cafe ini agak jauh dari kantorku. Suasananya lumayan bersih. Sederhana tapi asri. Cafenya masih sepi. Mungkin karena masih pagi dan di luar hujan turun dengan deras pula. Jadi, baru aku saja yang duduk jadi pelanggan pertama.

Hanya ada laki-laki dengan masker dan celemek sedang menyiapkan pesananku. Tak lama ia datang membawa pesananku. Menyuguhkan satu persatu dengan sangat hati-hati. Kemudian berlalu dengan sedikit membungkuk. Dari pintu masuk seorang perempuan muda, sepertinya masih pegawai cafe. Pria itu berbicara sebentar, kemudian melepas celemek dan maskernya sebelum kemudian berlalu dengan payung besar di tangan menembus hujan.

Sebentar. Ada sesuatu yang menyergap penciumanku. Aku seperti mengenal aroma parfum ini. Parfum yang lama sekali tak pernah hadir. Bau parfum yang selama ini mengisi angan dan kenanganku. 

Sunday 28 June 2020

BINTANG JATUH


BINTANG JATUH


Malam ini, syahdan akan bertabur bintang

Hendak kunanti di tepi jendela

Kan kupupus setiap pelita

Lalu, kunyalakan tiap gemintang


Malam ini, biar kurebah di atas rerumputan

Hendak kupandang cahaya bintang

Kan kutatah cahayanya di dalam dada

Lalu, kuterlelap di bawah kubah cahaya


Ah, andai saja malam ini ada bintang yang jatuh

Hendak kutangkap biar satu dekap

Kan kubawa berlari melintasi padang

Lalu, kutabur serbuknya di sepanjang ilalang

Hingga pagi kan menjelang


Lalu, kusambut pagi

Dengan cahaya bintang masih di tangan

...


Dina Mardiana

Sukabumi, Juli 2016

DI BAWAH LANGIT YANG SAMA


DI BAWAH LANGIT YANG SAMA

Kala itu, kau datang tepat di saat gerimis ditiup angin
Aku lama menunggumu, di tepi padang ilalang
Bersembunyi di balik rerumputan yang tak lagi kering
Memandangmu ditampar angin

Hendak kukecup beningmu, sebelum gerimis merinai hujan
Hendak kucium harummu, sebelum gerimis diterbangkan angin
Hendak kudekap hangatmu, sebelum gerimis menderas di padang ilalang
Hendak kutiup merdumu, sebelum gerimis berlalu

Aku begitu merindukanmu
Aku begitu kelu
Membatu

Meski Bayangmu diam-diam berlalu
Menyisakan deru

Lalu gerimis tak lagi menangis
Sebelum kutengok dalamnya kelopakmu
Tinggal ilalang yang bergetar didekap angin
...


Dina Mardiana
Sukabumi, 3 Juli 2016

Wednesday 3 June 2020

ARAH


ARAH


Ke mana sebenarnya langkah mengarah
Sedangkan impian berdenyut
Memompa asa, jauh ke ujung langit
...

Dina Mardiana
Sukabumi, 30 Juni 2016

BUNGA ANGAN


BUNGA ANGAN


Sekali ini bunga ilalang itu terbang di atas padang
Melayang perlahan disapu angin yang malas bergerak
Sesekali ia hanya menggantung di udara, tak ke sana tak ke mari
Membatu tapi tak seutuhnya batu
Di tatapnya padang sesaat sebelum kembali bergerak mengikuti irama angin yang malas

Ah, andai saja ia bukan ilalang!
Bisa mawar yang indah, melati yang mewangi, atau sedap malam yang sumerbak
Tak perlulah menyerah kepada angin yang semaunya berlalu dan merenggut
...

Dina Mardiana
Sukabumi, 11 Juni 2016

MY FAIRY TALE


MY FAIRY TALE


Ada yang berbeda kali ini
Dongeng-dongeng ang kubaca beterbangan di batas realita
Menghenyak impian ke tebing-tebing kenyataan
Dan aku termangu menanti asa kembali tiba
Meski sayap senja telah mengepak mengantarkan gelap

Kuharap dongeng-dongengku kembali bertabur imajinasi
Sehingga di sana bisa kuhamparkan padang harapantanpa tepian
Kutabur benih impian yang tak berbatas

Ketika dongeng-dongengku kembali, akan kulukis matahari di antara bintang-bintang
Kuletakkan rembulan di langit biru, berhias awan putih yang berarak
Dan kucipta dirimu berdiri tepat dipintuku
...

Dina Mardiana
Sukabumi, April 2016

DENTING


DENTING


Denting piano seperti mengeja namamu perlahan
Coba dengarkan!
Mungkin namaku juga akan berdenting di sana--di benakmu...
...

Dina Mardiana
Sukabumi, 5 Maret 2016

TEMARAM


TEMARAM


Ketika temaram bertandang
kusambut dia di ujung ladang
Meski hanya kehampaan yang tertinggal
Menyeruak di antara ilalang

Ah, senja tak lagi terang, sayang
Cahaya hanya meninggalkan goresan merah kelabu
pun perlahan ufuk barat menuju sekarat
sedang kita, masih saja bercengkrama dalam kebisuan

Coba kau rasakan!
Kali ini angin tak sedingin kemarin
Jadi, lepaslah jubah kesunyian
Lalu, ciptalah tarian kehampaan
Sehingga kehampaan tidak lagi sendirian
Ia tidak lagi kesepian, karena kau telah memberinya teman serupa tarian
...

Dina Mardiana
Sukabumi, Maret 2016

PAGI


PAGI


Angin semilir mengipasi matahari
Kabut beranjak beri ruang cahaya
Dingin berlalu, biar hangat menyapa
Gelap hinggap di punggung terang
Dan asa kembali terbentang
...

Dina Mardiana
Sukabumi,  5 Maret 2016

ANGAN


ANGAN


Bersama bunga kuning dan temaram, kita bertemu dalam angan.
Kopi?
Tanyaku padamu dalam kesunyian...

Dina Mardiana
Sukabumi, 24 Oktober 2018

DI SINI AKU


DI SINI AKU


Aku di sini, bersama rindu yang tak jua bersalin rupa...

...
Dina Mardiana
Sukabumi, 21 Oktober 2018

BAYANGAN


BAYANGAN


Kemarin aku tak pernah bertanya tentang bayangan yang tiba-tiba datang
Namun kali ini, aku bertanya kemana bayangan itu pergi
Sedang cahaya masih mengambang
Di antara batas terang dan gelap
Di mana seharusnya kau berdiri tegak
Tanpa lagi meninggalkan bayangan
...

Dina Mardiana
Sukabumi, 24 November 2018